
Arisunime — Fenomena gerhana Bulan bukan semata peristiwa astronomis, melainkan momentum spiritual bagi umat Islam untuk memperdalam keimanan dan kesadaran akan kebesaran Allah SWT. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa saat menyaksikan gerhana, seorang Muslim dianjurkan untuk melakukan amalan yang menyentuh hati dan memperkuat hubungan dengan Sang Pencipta. Berikut merupakan penjabaran detail dari amalan tersebut sesuai pedoman dari berbagai sumber terpercaya.
Amalan utama yang sangat ditekankan adalah memperbanyak doa, zikir, dan istighfar sebagai bentuk pengakuan atas kekuasaan Allah serta kesadaran akan dosa dan kelemahan diri. Dalam hadits riwayat Aisyah RA disebutkan: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah… Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” ini menjadi dorongan untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya dengan sikap rendah hati dan penuh harapan akan ampunan-Nya.
Kesadaran akan dosa mendorong seseorang untuk bertobat dan memperbaiki diri, sebagaimana disarankan oleh Imam al-Ghazali yang menyerukan agar sifat introspeksi, penyesalan, dan permohonan ampun selalu menyertai amalan saat gerhana .
Selain itu, salat Gerhana (Khusuf) menjadi ibadah khusus yang sangat dianjurkan, baik dilakukan secara berjamaah maupun sendiri. Rasulullah SAW memimpin salat ini dengan bacaan yang dilantangkan dan gerakan yang diperpanjang, menunjukkan pentingnya kekhusyukan dan perenungan panjang dalam shalat ini.Khususnya, panggilan untuk berkumpul menggunakan seruan “Ash Sholatu Jami’ah” tanpa melalui adzan maupun iqamah menegaskan kekhususan salat ini.
Setelah salat khusuf, dianjurkan dilanjutkan dengan dua khutbah singkat yang memberikan pesan spiritual—bahwa gerhana bukan pertanda kematian atau kelahiran seseorang—serta ajakan memperbanyak doa, sedekah, dan introspeksi diri.
Sedekah juga menjadi amalan penting, sebagai bentuk nyata dari kepedulian sosial dan solidaritas kepada sesama. Dalam hadits di atas juga disebutkan sedekah sebagai salah satu respon yang diharapkan ketika menyaksikan fenomena gerhana, menekankan bahwa iman harus diwujudkan dalam tindakan nyata.
Di samping itu, amalan kebaikan secara umum—seperti pertobatan dari maksiat, perbuatan baik, dan, di zaman dahulu, membebaskan budak—ditetapkan sebagai sunah dalam menghadapi peristiwa luar biasa ini sebagai bentuk tanggung jawab moral dan sosial.
Sementara itu, ada pandangan yang menyebutkan mandi sebelum salat Gerhana sebagai amalan sunnah, terutama ketika gerhana terjadi, sebagai bentuk persiapan fisik dan spiritual dalam menyambut ibadah khusus ini.
Secara ringkas, namun mendalam, amalan saat gerhana Bulan meliputi intensifikasi doa, zikir, istighfar, serta takbir sebagai bentuk pengakuan akan kekuasaan Allah; pelaksanaan salat Gerhana (Khusuf), dianjurkan secara berjamaah dengan panggilan khusus dan dilanjutkan khutbah; sedekah dan amal baik lain mencerminkan empati dan solidaritas; pertobatan dan introspeksi menjadi refleksi atas kelemahan manusia; bahkan mandi sunnah sebagai kesiapan spiritual turut diperhatikan.
Semoga pemaparan ini membantu mendekatkan kita pada hikmah gerhana dan menguatkan kualitas ibadah serta kesadaran spiritual.