
Arisunime — Perang, dalam segala bentuknya, selalu menyisakan luka dan kehancuran yang mendalam, tidak hanya di medan pertempuran, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sipil. Anime, sebagai medium penceritaan yang kuat, telah banyak mengangkat tema ini, menyajikan perspektif yang menyentuh tentang konsekuensi tragis dari konflik bersenjata. Dari kehilangan orang terkasih hingga perjuangan untuk bertahan hidup di tengah kelangkaan, rekomendasi anime berikut ini akan membawa Anda memahami betapa perihnya dampak perang.
- Grave of the Fireflies (Hotaru no Haka)
Tahun Rilis: 1988
Studio: Studio Ghibli
Grave of the Fireflies adalah mahakarya Studio Ghibli yang secara gamblang menampilkan kekejaman Perang Dunia II dari sudut pandang dua bersaudara, Seita dan Setsuko. Setelah ibu mereka tewas dalam serangan udara di Kobe, Jepang, mereka harus berjuang mencari nafkah dan tempat tinggal. Anime ini tidak berfokus pada adegan pertempuran, melainkan pada dampak sosial dan kemanusiaan dari perang: kelangkaan makanan, pengungsian, sikap apatis masyarakat, hingga penderitaan akibat kelaparan dan penyakit. Film ini dengan brutal menunjukkan bagaimana perang merenggut masa kanak-kanak, harapan, dan bahkan nyawa tak berdosa, menjadikan setiap adegannya terasa menyayat hati dan sulit dilupakan.
2. Barefoot Gen (Hadashi no Gen)

- Tahun Rilis: 1983
- Studio: Madhouse
Diadaptasi dari manga otobiografi Keiji Nakazawa, Barefoot Gen adalah kisah yang mencekam tentang dampak pengeboman atom Hiroshima pada Perang Dunia II. Anime ini mengikuti Gen Nakaoka, seorang bocah laki-laki yang harus menyaksikan kehancuran kota dan kematian keluarganya akibat bom “Little Boy”. Film ini tidak hanya memperlihatkan kehancuran fisik yang mengerikan, tetapi juga trauma psikologis yang mendalam, perjuangan untuk bertahan hidup di tengah reruntuhan, kelaparan, dan diskriminasi terhadap korban radiasi. Barefoot Gen adalah testimoni brutal tentang kengerian senjata nuklir dan bagaimana perang dapat menghancurkan kehidupan manusia dalam sekejap, meninggalkan bekas luka yang tak terhapuskan.
3. In This Corner of the World (Kono Sekai no Katasumi ni)
Tahun Rilis: 2016
Studio: MAPPA
Kono Sekai no Katasumi ni (In This Corner of the World) menawarkan perspektif unik tentang kehidupan sehari-hari selama Perang Dunia II di Kure dan Hiroshima, Jepang. Melalui mata Suzu Urano, seorang wanita muda yang menikah dan pindah ke kota angkatan laut, anime ini secara lembut namun kuat menunjukkan bagaimana perang mengganggu kehidupan normal. Dari kelangkaan bahan makanan dan upaya kreatif untuk tetap bertahan, hingga kerusakan infrastruktur dan kehilangan orang-orang terkasih akibat pengeboman, film ini menyoroti ketahanan dan kekuatan semangat manusia di tengah kondisi paling sulit. Meskipun bergenre slice-of-life, anime ini dengan cermat menggambarkan dampak perang yang merayap masuk ke setiap aspek kehidupan, mengubah pola pikir masyarakat dari semangat perang menjadi keinginan untuk mempertahankan kedamaian.
4. Vinland Saga
- Tahun Rilis: 2019
- Studio: WIT Studio (Musim 1), MAPPA (Musim 2)
Meskipun dipenuhi aksi dan pertempuran brutal di era Viking, Vinland Saga jauh lebih dari sekadar anime perang biasa. Serial ini mengeksplorasi dampak psikologis dan emosional dari kekerasan dan perang terhadap individu. Karakter utama, Thorfinn, dibesarkan dalam lingkaran dendam dan kekerasan setelah ayahnya terbunuh. Perjalanan Thorfinn bukan hanya tentang pertarungan fisik, tetapi juga konflik internalnya untuk menemukan makna hidup di luar balas dendam, serta upayanya untuk membangun “Vinland” – sebuah tanah tanpa perang. Anime ini dengan tajam menunjukkan bagaimana perang dapat merusak jiwa dan menyebabkan trauma yang bertahan seumur hidup, serta pentingnya mencari kedamaian dan penebusan.
5. Violet Evergarden
- Tahun Rilis: 2018
- Studio: Kyoto Animation
Violet Evergarden berlatar di dunia pasca-perang, fokus pada dampak konflik bersenjata terhadap para veteran dan masyarakat yang mencoba membangun kembali hidup mereka. Violet, seorang mantan prajurit yang diperlakukan sebagai “senjata” di medan perang, kini bekerja sebagai “Auto Memories Doll” – juru tulis surat yang membantu orang lain mengungkapkan emosi mereka. Kisah ini secara mendalam menyoroti trauma pasca-perang (PTSD) yang dialami Violet dan karakter lain, kesulitan memahami emosi setelah hidup dalam kekejaman perang, serta upaya penyembuhan dan pencarian makna hidup di era damai. Melalui surat-surat yang ditulis Violet, penonton disuguhkan berbagai kisah pribadi tentang kehilangan, kesedihan, harapan, dan proses penerimaan dampak perang, menjadikannya sebuah eksplorasi yang menyentuh tentang kemanusiaan.***