
Arisunime — Pada arc Final War di manga My Hero Academia, pertarungan antara Katsuki Bakugo — dengan identitas hero-nya sebagai Dynamight — melawan All For One menjadi salah satu momen klimaks penting yang memperlihatkan perkembangan karakter Bakugo sekaligus kontribusinya terhadap kemenangan akhir para pahlawan. Meskipun bukan pertarungan satu-lawan-satu dari awal hingga akhir seperti duel klasik, aksi Bakugo melawan AFO (All For One) memiliki dampak besar terhadap alur menghancurkan kekuatan musuh dan memungkinkan kemenangan total. Berikut uraian detailnya berdasarkan manga (Bab 405–410) dan sumber fandom lain.
Latar dan Awal Pertarungan
Pada titik klimaks Final War Arc, All For One sudah berada dalam kondisi yang sangat lemah setelah mengonsumsi obat Rewind (obat pengurang waktu atau mundur) agar bisa bertahan lebih lama dalam pertarungan.
Banyak faktor mempersempit ruang geraknya: serangan gabungan para pahlawan, kerusakan yang diakibatkannya, dan pengkhianatan atau resistensi dari faktor-faktor Quirk yang dipinjamnya (vestige).
All For One bahkan pada akhirnya mengecil hingga wujud bayi atau zigot sebelum lenyap sepenuhnya.akugo sendiri pada awalnya terluka parah dalam pertempuran melawan Tomura Shigaraki, hingga nyawanya berada di ujung tanduk. Dalam kondisi kritis itulah Edgeshot menggunakan tekniknya (melalui tubuh Bakugo) untuk menyelamatkan jantungnya, dan akhirnya Bakugo kembali bangkit di saat genting. Setelah bangkit, Bakugo langsung bergerak untuk melindungi All Might, yang berada dalam posisi terancam oleh All For One.
Bakugo — selagi membawa semangat dan gengsi yang sudah lama melekat padanya — kemudian menyatakan bahwa ia akan menjadi hambatan terakhir di jalan AFO menuju Tomura/Shigaraki (sebagai target utama musuh).
Begitu Bakugo memasuki medan pertempuran, ia menghadapi All For One yang pada dasarnya telah berada dalam keadaan menipis kekuatannya. Namun AFO masih memiliki koleksi banyak Quirk dan Quirk Factors serta kemampuan Omni Factor Unleash — yaitu usaha untuk mengerahkan seluruh Quirk yang ia miliki sekaligus sebagai serangan terakhir.
Bakugo memanfaatkan kemampuannya Explosion, ditambah dengan strategi tak terduga: ia menyimpan butiran keringatnya—beberapa di antaranya digunakan sebagai bom tertunda—yang kemudian meledak di dalam tubuh atau mulut AFO pada saat yang tepat. Strategi ini mengejutkan AFO dan menyebabkan gangguan besar pada kestabilan Quirk-Quirk yang sedang ia kerahkan.Serangan ini mengacaukan sinkronisasi Quirk AFO (vestige-nya) — para vestige (termasuk Hawks) mengkritisi bahwa emosi negatif AFO membuat kontrol atas Quirk-nya kacau.
Dengan kekacauan itu, Bakugo melancarkan serangan dahsyat berupa Cluster Explosions dan Howitzer Impact yang diarahkan langsung ke wajah AFO, menghancurkan sebagian kemampuan serangannya, bahkan menghancurkan sarung tangan All Might yang dipakai sebagai senjata suport.
Setelah serangan beruntun tersebut, AFO dalam wujud bayi semakin lemah dan mulai merayap mencari Tomura untuk melakukan transfer Quirk terakhirnya. Namun Bakugo berdiri di hadapannya dan memutus rute ini. Dalam momen terakhir, AFO melemparkan serangan Spearlike Bone dari mulutnya, tetapi Bakugo menahannya dengan gigi dan menghancurkannya dengan ledakan terakhirnya. Kekuatan destruktif dan intensifikasi ledakan Bakugo memaksa AFO memudar dari eksistensi — dari bayi menjadi zigot, embryo, dan akhirnya hilang tanpa jejak.
Bakugo sempat tertatih dan terkulai karena kelelahan ekstrem, namun dengan sisa tenaga ia mengangkat tangannya seraya menutup pertarungan dengan seruan kepada Deku: “Izuku, give him hell.”
Makna dan Implikasi Pertarungan
Pertarungan ini bukan sekadar duel kekuatan fisik saja — ia melambangkan puncak evolusi karakter Bakugo. Selama serial, Bakugo dikenal sebagai sosok yang keras kepala, kompetitif, dan terkadang arogan; namun di momen ini, ia menunjukkan pengorbanan, keberanian, dan tekad untuk melindungi orang lain serta bertanggung jawab atas perannya dalam konflik besar. Beberapa penggemar menyebut bahwa Bakugo “akhirnya mengambil alih” jalannya pertarungan melawan ultimate villain tanpa sepenuhnya bergantung pada protagonis utama (Deku).
Kemenangan Bakugo atas AFO juga membuka celah agar Deku dapat menyelesaikan pertarungan besar melawan Tomura (yang menjadi wadah kekuasaan AFO). Dengan rontoknya inti kekuatan antagonis utama, dukungan moral serta tactical dari Bakugo menjadi titik balik penting bagi kemenangan akhir.
Sebagai kesimpulan, pertarungan Bakugo vs All For One di arc Final War adalah sebuah momen penuh dramatis, penuh strategi kreatif, dan menjadi simbol bahwa meskipun musuhnya sekuat apa pun, tekad seorang pahlawan — melalui kekurangan, luka, dan keterbatasan — masih bisa memunculkan kemenangan luar biasa.